"Budaya timur mungkin adalah budaya yang paling manusiawi...". Memang budaya timur adalah yang terbaik untuk keharmonisan kelangsungan bermasyarakat namun budaya timur mempunyai suatu kelemahan yaitu hanya dapat dirasakan dalam lingkungan tetapi tidak untuk kenyamanan individu. Jadi dapat dikatakan budaya timur merupakan budaya yg mementingkan pola pikir secara umum bukan secara khusus, sehingga merampas kemerdekaan cara berpikir yang makin lama makin maju, yang tidak hanya terpaku pada kehidupan nenek moyang yang belum pasti mempunyai kehidupan yang bahagia dalam batin.

Dari pernyataan di atas ada sebuah pertanyaan..." apakah budaya yang dijalankan secara doktrinisasi oleh nenek moyang dulu masih pantas dengan pola pikir manusia modern"?....Di negeri tercinta ini masih kental sekali peninggalan aturan2 dulu yang tidak memperhatikan hak manusia utk mengembangkan diri dengan cara yang keluar dari hati, pikiran, dan jiwa. Contohnya PUNK dan TATTOO. Memang PUNK merupakan cara hidup dari budaya barat yang sulit di terima dalam budaya timur, tetapi apakah dengan sedikit penyesuaian dengan budaya lain merupakan hal yang tabu..?

Dalam budaya timur sering kali terdengar kata "JANGAN" yang dengan egois memvonis hal yang belum tentu buruk menjadi suatu bagian dari macam2 dosa manusia. Banyak terjadi pemberontakan moral pada manusia modern yang berusia muda yang di karenakan banyaknya batasan2, sehingga dapat dikatakan budaya timur sedikit demi sedikit termakan oleh budaya timur itu sendiri.... Nah apakah budaya timur yang di agung-agungkan sebagai budaya paling manusiawi adalah budaya terbaik yang dapat menjadi pedoman tingkah laku saat ini?...Hemmm


About GAMELANOiNK
Unpolite, Unclean, & Unskill bastard who walk against this world since 1998! Disfuckgraphy: Together As One (v/a) 2001 Cherry Records Our Own Way (e.p) 2002 Cherry Records Patriot City Punk Rock (L/P) 2005 Toxic Noise Records Together For Have Fun (v/a) 2006 Warjay Records Total Fuckin' Pogo (v/a) 2006 Stay Punk Records Patriot City Punk Rock (L/P) 2006 Re-release Movement Records Terakreditasi (v/a) 2007 Lovely Crew Music

Band Members Tookskull : Vocals Reza : Guitars, Vocals Ocm: Bass, Vocals Codehell : Add Bass, Vocals Amoy : Drum

infIluences Blitz, The Partisans, Cock Sparer, Buzzcock, The Adicts, Cockney Reject, Sham 69, Sex Pistols, Oxymoron, Ramones, The Exploited, The Casualties, The Unseen, A Global threat, The Virus, Man's Ruin, Blanks'77, Not Available, NOFX, Bad Religion, Out of Control, Error Crew, Sexy Pig, Dom 65, Brigade of Bridge, The Borstal, The Frontier, The Brain, The Raws, The Sabotage, Septictank, The Innocents... and ton more!
Sounds Like Asshole!
Record Label Toxic Noise recs
Type of Label Indie


Bad Religion adalah sebuah band beraliran punk yang dibentuk pada tahun 1980 di Southern California. Para personilnya yang cukup berpendidikan berhasil membuat band ini menjadi sebuah fenomena yang cukup berpengaruh dengan memainkan lagu-lagu beraliran punk dengan beat khas punck rock yang cepat namun melodius dengan lirik-lirik kritis yang berkisar masalah-masalah sosial, politik dan agama. Struktur kalimat-kalimat dalam lyric yang variatif dan elaboratif dipadukan dengan gaya bahasa yang puitis dan vocabulary yang bahkan memaksa orang Amerika sendiri untuk membuka kamus, membuat band ini unik dan cepat memperoleh simpatisan yang cukup banyak ketika mereka mengeluarkan album pertama mereka pada 1981 di daerah Southern California. Band ini beranggotakan Greg Graffin, vocal , Jay Bentley, Bas/backing vocal , Jay Ziskrout, drums , and Brett Gurewitz, guitar/backing vocals atau lebih dikenal sebagai Mr.Brett. Setelah peluncuran EP pertama dengan label Epitaph Records milik Mr.Brett yang juga merangkap sebagai manager band, pada tahun 1982, band yang baru menyelesaikan sekolah setingkat SMU ini meluncurkan album full berjudul "How Could Hell Any Worse?". Namun, di tengah pengerjaan album ini, Jay Ziskrout mengundurkan diri dari band dan posisinya digantikan oleh Peter Finestone.

Greg Graffin, frontman dari band ini menyandang gelar Master di bidang geologi dari UCLA dan meraih gelar Ph.D dalam bidang zoology dari Cornell University. Disertasi Greg Graffin untuk Cornell University adalah sebuah studi komprehensif tentang ilmu pengetahuan yang dititikberatkan pada teori Darwin yang kontroversial karena berkaitan dengan masalah ketuhanan dan agama dan bagaimana teori tersebut mempengaruhi cara berpikir pada seseorang. Disertasi ini dipublikasikan dan didedikasikan untuk para fans Bad Religion

album
Pada tahun 1983, band meluncurkan album "Into The Unknown", sebuah album yang pada awalnya tidak begitu populer dan tidak begitu disukai oleh para penggemarnya. Karena dalam album ini , band dianggap terlalu jauh mengeksplorasi musiknya hingga album ini dinilai terlalu eksperimental karena menggunakan keyboard terlalu dominan. Bahkan para pengamat musik mengatakan bahwa band ini tidak terkategorikan sebagai musik punk lagi, tapi psychedelic rock. Pada saat itu, album ini tidak menghasilkan apa-apa selain kritik dari para fans. Tapi sekarang, album ini mulai dicari oleh para kolektor album Bad Religion. Album ini banyak dibajak karena jumlahnya yang sedikit. Pada tahun 1984, Greg Hetson dari Circle Jerks masuk dan menggantikan posisi Mr.Brett. Bad Religion pun merilis EP dengan judul "Back To The Known". Dengan beat lagu yang semakin lambat, band kehilangan jati diri mereka dan band ini sempat vakum jika tidak disebut bubar.

Pada tahun 1986, band bersatu kembali dan meluncurkan album "Suffer" dan mereka kembali dalam format band punk seperti sebelumnya. Album inilah yang menjadi titik balik kebangkitan band ini. Album ini dinilai sebagai album terbaik oleh majalah maximum rock'n roll karena seolah mengingatkan para fans pada Bad Religion di awal-awal pembentukannya yang memainkan lagu-lagu dengan beat cepat, distorsi yang menghentak dan lirik yang keras disertai vokal yang melodius. Album ini sekaligus menjadi pemicu berkembangnya budaya dan sub kultur punk di Southern California karena album ini akhirnya menjadi genre wajib yang diikuti oleh hampir semua band punk dari Southern California, misalnya : Rancid, The Offspring, dan lain-lain.

Album "No Control" yang dirilis pada tahun 1989 dan "Against The Grain" tahun 1990 dan diikuti album "Generator" pada tahun 1992 juga mendapat predikat album rock terbaik dan semakin mendongkrak popularitas band ini, khususnya di Amerika bagian timur/east coast (New York, Washington, etc). Sebelum album "Generator" selesai dirilis, tahun 1991, Peter Finestone mengundurkan diri untuk lebih memfokuskan diri pada band-nya yang lain, The Fishermen, dan posisinya digantikan oleh Bobby Schayer.

Dengan gaya dan aransemen musik yang semakin matang dan menentang trend aliran musik heavy metal dan progressive rock saat itu, Bad Religion hengkang dari Epitaph Records dan bergabung dengan Atlantic Records dan tak lama setelah itu mereka segera merilis album full mereka yang ketujuh, "Recipe For Hate" pada pertengahan tahun 1993 yang sebenarnya lebih merupakan penjualan hak rilis album itu oleh Epitaph Records kepada Atlantic Records. Pada tahun 1994, "Stranger Than Fiction" dirilis, tapi Mr.Brett segera mengundurkan diri saat album itu selesai. Mr.Brett memutuskan untuk mengundurkan diri karena disibukkan oleh The Offspring yang saat itu mengukir sejarah sebagai band dengan penjualan kaset terbanyak di dunia musik underground dan direkomendasikan untuk masuk ke dalam major label oleh Mr.Brett. Namun. konon perginya Mr. Brett dari Bad Religion lebih disebabkan oleh ketidakcocokan dan pertengkaran yang hebat dengan basist Jay Bentley. Bahkan, Mr. Brett membentuk band baru yang salah satu lagunya "Hate You" didedikasikan pada Jay untuk menumpahkan kebenciannya. Banyak fans setia Bad Religion yang menyesali hengkangnya Mr. Brett, yang berdua dengan Gregg Graffin, dipandang sebagai penulis lirik punk rock yang sangat berbakat, kalau tidak bisa dibilang terbaik di dunia dalam genre-nya.

Mr. Brett pun kemudian fokus untuk membesarkan perusahaan rekamannya Epitaph yang akhirnya sekarang menjadi perusahaan label indie terbesar di dunia yang menjadi rumah bagi mayoritas band-band punk rock, hardcore, serta band-band rap dan hip-hop yang penuh bakat. Band-band besar yang dibesarkan oleh Epitaph antara lain Rancid, NOFX, Offspring, Descendent, dan Millencolin. Sementara band-band baru yang penuh bakat di antaranya Sage Francis (rap hip-hop) dan The Higher (pop rock).

Sepeninggal Mr. Brett, Bad Religion terus berkarya dimotori oleh Gregg Graffin seorang. Band merekrut gitaris baru yang tak kalah legendaris dalam dunia punk rock sebagai pengganti Mr Brett, yaitu Brian Baker (pernah bergabung dengan band punk legendaris "Minor Threat"). Album "The Gray Race" (1996), album pertama band ini tanpa Mr. Brett, berhasil menghapus kekhawatiran para penggemar bahwa musik Bad Religion akan kehilangan kualitas. Album tersebut benar-benar tetap setia pada citra band yang cepat, menghentak, dengan vokal penuh melodi serta lyric yang kritis. Graffin menulis sendiri semua lyric dan nada semua alat instrumen dalam lagu tersebut, dibantu dengan beberapa aransemen gitar dari Baker. Namun pada album-album berikutnya, Graffin tampak kehilangan sentuhannya. "No Substance" (1998) dipandang sebagai album terburuk oleh mayoritas fans Bad Religion. Padahal dalam album tersebut Graffin berusaha melibatkan anggota band lainnya dalam penulisan lagu. Tampak sekali bahwa tanpa Mr. Brett, Graffin kehilangan seorang "soul mate" yang bisa saling mendukung dan berkompetisi, dalam arti positif, untuk membuat lagi lagu-lagu punk rock yang bisa disandingkan sejajar dengan lagu-lagu legendaris khas Bad Religion sebelumnya seperti, "Do What You Want" (Album Suffer, 1988), "Along the way" (Back to the Known, 1984), dan "American Jesus" (Recipe for Hate, 1993).

Dalam meluncurkan album ketiganya "The New America" (2000} untuk Atlantic Records, Graffin mulai mendekati kembali Mr. Brett. Dan Mr. Brett bersedia berkolaborasi dengan Graffin untuk menulis lagu berjudul "Believe it" dalam album tersebut. Mr. Brett juga memainkan melodi gitar untuk lagu itu. Album tersebut merupakan sejarah bagi Bad Religion dan fansnya karena menandakan reunifikasi kembali Mr. Brett dengan Bad Religion, band yang ia dirikan bersama dengan Gregg Graffin dan Jay Bentley. Selama pembuatan album, secara alami muncul keinginan dalam diri Graffin untuk mengundang Mr. Brett bergabung kembali. Semua anggota band lain mendukung dan ketika undangan disuarakan, Mr Brett dengan mantap mengiyakan, dengan syarat Bad Religion harus kembali ke label Epitaph, perusahaan yang pada awalnya didirikan untuk memproduksi dan mendistribusikan album-album Bad Religion. Syarat tersebut tidak sulit dipenuhi karena masa kontrak dengan Atlantic Records sudah akan berakhir dan memang Bad Religion yang dimotori Graffin juga sangat ingin kembali ke Epitaph Records. Fans band tersebut di seluruh dunia sangat gembira dan bersemangat menunggu prospek bersatunya kembali dua penulis lagu punk rock terbaik di dunia, Mr. Brett dan Gregg Graffin serta label Epitaph dengan Bad Religion.

Album "The Process of Belief" (2002) merupakan album pertama Bad Religion untuk Epitaph. Band mempunyai drummer baru yang muda dan berbakat yakni Brooks Wackerman (pernah tergabung dengan Suicidal Tendencies). Bobby Schayer meninggalkan band karena alasan cidera punggung. Namun, dia kecewa karena merasa tidak diberi cukup kesempatan untuk pemulihan. Dengan bergabungnya Wackerman, beat musik Bad Religion lebih cepat dan bertenaga. Energi baru tersebut melengkapi bergabungnya sumber energi utama band yaitu Mr. Brett dan Graffin. Album mereka disambut baik oleh fans dan kritikus. Bad Religion tidak terlena dengan pujian atau lekang oleh usia. Kreasi terus bertumbuh melalui album "Empire Strike First" (2004) dan terakhir "New Maps off Hell" (2007).

Menginjak 27 tahun eksistensinya Bad Religion tetap loyal dan setia pada akar musik yang mereka bentuk dan pada harapan yang tersirat dalam lyric mereka ditengah dunia yang penuh pesimism. Dunia yang diwarnai fanatisme agama, perang, kekerdilan aparat pemerintah, dan mental remaja yang rusak oleh kapitalisme. Bad Religion sejak awal merupakan suara lantang yang memecahkan hiruk pikuk buram tersebut. Suara yang dibagi oleh banyak orang, bukan hanya penggemar punk rock. Itulah yang membuat band ini terus eksis dan melegenda


latar belakang sejarah
Adalah Perang Dunia II yang mengubah segalanya. Kekuasaan Inggris terhadap negara-negara jajahannya runtuh sebelum masa PD II & terpecah belah pada saat pertengahan masa peperangan. Inggris memeberikan kemerdekaan kepada negara-negara jajahannya setelah mendapat tekanan dari pemerintahan kolonial. Pada tahun 1962 Jamaika membentuk pemerintahan sendiri meskipun masih tetap sebagai negara persemakmuran. Budaya Jamaika & musiknya mulai terefleksi dalam optimisme baru & aspirasi rakyat yang liberal.

Sejak tahun 40'an Jamaika telah mengadopsi & mengadaptasi berbagai bentuk musik dari Amerika. Pada saat PD II berakhir, begitu banyak band-band di Jamaika yang memainkan musik-musik dansa. Grup seperti Eric Dean Orchestra dengan trombonisnya Don Drummond & master gitarisnya Ernest Ranglin terpengaruh oleh musisi-musisi jazz Amerika seperti Count Bassie, Erskine Hawkins, Duke Ellington, Glenn Miller & Woody Herman. Ditahun 50'an ketenaran band-band jazz di Amerika digantikan oleh grup-grup yang kecil & cenderung lebih memainkan irama bop/rhythm & blues sound. Musisi Jamaika yang sering berkunjung ke Amerika terpengaruh & membawa pola permainan musik tersebut ke daerah asalnya. Band-band lokal di Jamaika seperti Count Smith The Blues Blaster, Sir Nick The Champ & Tom The Great Sebastian mulai memainkan gaya baru tersebut. Ditahun 1954, pertunjukan terbesar pertama kali diadakan di kota Kingston tepatnya di Ward Theatre. Band-band tradisional yang memainkan irama mento-folk-calypso ikut ambil bagian & sering sekali band-band tersebut mengisi acara di hotel-hotel yang ada di Jamaika & seputar pulau tersebut. Pada akhir tahun 50'an pengaruh-pengaruh jazz, R&B, & mento (sejenis musik calypso) melebur menjadi satu bentuk baru yang dinamakan 'shuffled'. Irama shuffled memperoleh popularitas berkat kerja keras musisi-musisi seperti Neville Esson, Owen Grey, The Overtakers & The Matador Allstars. Banyak studio & perusahaan rekaman yang mengalami perkembangan & terus berusaha untuk mencari talenta-talenta baru. The Jamaican Broadcasting Corporation pun ikut membangkitkan semangat kepada musisi-musisi muda melalui siaran acara-acara di radio.

Dua orang yang amat berpengaruh dalam perkembangan musik di Jamaika pada tahun 50'an adalah Duke Reid & Clement Seymour Dodd. Bersama istrinya, Duke Reid memiliki toko 'Treasure Island Liquor' yang berlokasi di jalan Bond (Bond street). Soundsystem Reid dikenal dengan nama 'The Trojan', diambil dari tulisan yang tertera pada truknya. Truk yang biasa digunakan sebagai angkutan barang untuk tokonya. Dodd menamakan soundsystem miliknya 'Sir Coxsone Downbeat' yang diambil dari nama pemain kriket asal Yorkshire, Coxsone. Sepanjang akhir dekade, kedua orang tersebut memimpin persaingan dalam bisnis musik. Walaupun Coxsone lebih dekat dengan 'Ghetto'(perkampungan yang didiami kaum atau kelompok tertentu) Adalah Reid yang dianugerahi sebagai 'King of sound & blues' di Success Club (acara penganugerahan) di tahun 1956, 1957, 1958.

Tahun 1962, saat di mana Jamaika sedang gandrung meniru musik-musik Amerika, Cecil Bustamente Campbell yang kemudian dikenal dengan nama 'Prince Buster', tahu bahwa sesuatu yang baru amat dibutuhkan pada saat itu. Ia memiliki seorang gitaris yang bernama Jah Jerry yang kemudian bereksperimen di musik dengan menitikberatkan 'ketukan 'afterbeat' ketimbang 'downbeat'. Hingga pada saat ini ketukan afterbeat menjadi esensi dari singkop (penukaran irama) khas Jamaika. Ska pun lahir. Soundsystem/studio rekaman pun mulai merekam hasi kerja mereka. Dengan tidak memberikan label pada vinyl (piringan hitam) dengan tujuan agar memperolehkeuntungan diantara para pesaingnya. Sehingga yang lain tidak dapat melihat apa yang dimainkan & 'mencuri' untuk sondsystem mereka sendiri.

Perang antar soundsystem pun memuncak hingga pada saat para donatur terancam oleh segerombol orang-orang yang menyebabkan permasalahan. Orang-orang ini dinamakan 'Dance Hall Crashers'. Meskipun fasilitas Mono Recording yang masih primitif, adalah keteguhan hati dari antusiasnya akan musik ska yang memungkinkan untuk menjadi musik komersil dari Jamaika yang pertama kali. Dan kenyataannya ska dikenal sebagai musik dansa rakyat Jamaika.

Sepanjang tahun 60'an wilayah ghetto di Jamaika dipenuhi oleh pemuda-pemuda yang mencari pekerjaan. Pada waktu itu amat susah di dapat. Pada awalnya pemuda-pemuda ini tidak tertarik dengan optimisme musik ska. Pemuda-pemuda tersebut menciptakan identitas kelompok sebagai 'Rude Boy' (sebuah trend dikalangan pemuda yang pernah terjadi pada periode awal tahun 40'an) Menjadi 'Rude' artinya menjadi seseorang dimana masyarakat menganggapnya tidak berguna. Gaya dansa ska para Rude Boy memiliki ciri khas tersendiri, lebih pelan, dengan tingkah seakan-akan meninju seseorang. Rude Boy memiliki koneksitas dengan 'Scofflaws'(orang-orang yang selalu menentang hukum) & dunia kriminal lainnya. Hal ini terefleksikan dalam lirik-lirik lagu ska. (catatan: gaya penampilan berpakaian Rude Boy yaitu dengan celana panjang yang mengatung hanya semata kaki). Musik ska sekali lagi mengalami perubahan untuk merefleksikan 'Mood of the rude' dengan menambahkan tensi pada permainan bass yang disesuaikan dengan gaya sebelumnya yaitu 'free-walking bass style'.

Banyak yang berbondong-bondong mengadu nasib di kota Kingston untuk memperoleh ketenaran dalam industri musik yang kemudian beralih menjadi penjual ganja ketika gagal & modal makin menipis. Banyak pula yang berkecimpung dalam dunia kriminal (tergambar dalam film 'The Harder They Come' yang diperankan oleh Jimmy Cliff ...film ini dipercaya mengisahkan tentang perjalanan hidup Jimmy Cliff)

Dua partai politik yang ada di Jamaika membentuk banser bersenjata. Opini publik pun mengarah pada penentangan terhadap kelompok Rude Boy & penggunaan senjata api. Peraturan pemilikan senjata api pun ditilik kembali setelah melalui periode dimana kepemilikan senjata diperbolehkan asal tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Siapa pun yang memiliki senjata api yang ilegal, diancam hukuman penjara seumur hidup

Artis & produser mendukung bahkan 'memaafkan' atas prilaku kelompok Rude Boy melalui musik ska. Dukungan untuk tidak menggunakan senjata api terefleksi dalam lagu-lagu seperti "Lawless street" dari kelompok Soul Brothers, "Gunmen coming to town" The Heptones. Duke Reid memproduseri salah satu grup ska The Rude Boy (shuffling down Bond street) C.S. Dodd pun ikut memproduseri grup muda yang memiliki visi musik mereka sebagai 'rudies' yaitu kelompok The Wailers ( Bob Marley, Peter Tosh, Bunny Wailer). Prince Buster menemukan seseorang yang memiliki mitos karakter sebagai Rude Boy yaitu Judge Dread. Lagu "007 Shanty Town" yang dinyanyikan oleh Desmond Dekker adalah sebuah karya cemerlang dalam mendokumentasikan perilaku Rude Boy kedalam sebuah lagu (berhasil memasuki urutan tangga lagu ke 14 di UK Charts)

Tema rude boy masih mendominasi sepanjang periode ska, dan popularitasnya memuncak sepanjang musim panas tahun 1964. Beat ska menjadi lebih lambat & Rocksteady pun lahir. Gelombang ska pertama berakhir pada tahun 1968 (Rocksteady adalah bagian cerita lain: Rocksteady kemudian melahirkan musik Reggae. Popularitas musik Reggae di Inggris di sebarkan oleh Skinhead; kelompok Rastafarian mengadopsi musik Reggae & lirik-lirik lagunya cenderung bertemakan ajaran Rastafari & pandangan Relijiusnya, Reggae pun berkembang menjadi 'Dub', 'Dancehall', & seterusnya ...& seterusnya ...)


Gelombang Ke Dua (Second Wave)

Memasuki gelombang kedua ...sebelumnya marilah kita lihat beberapa sejarah ska lainnya: ditahun 1962, saat di mana Inggris menjanjikan jaminan secara tak terbatas kepada para imigran yang berasal dari negara-negara persemakmurannya, kerusuhan ras pun terjadi. Disaat itu musik ska & Reggae sedang populer. Dibawa dari Jamaika oleh banyak musisi & produser yang ikut berimigrasi, termasuk 'The Trojan' & seorang kelahiran Kuba, Laurel Aitken. Pada tahun 70'an, imej Rude Boy diperbaharui & ter-ekspresi dalam penggabungan 2 jenis musik yang masih tergolong baru di Inggris yaitu Reggae & Punk oleh band The Clash (Rudie can't fail). Antara pertengahan hingga akhir tahun 70'an, band seperti The Coventry Automatics memilih untuk memainkan ska ketimbang Reggae karena menurut Jerry Dammers (pendiri band tersebut), memainkan musik ska lebih mudah & gampang. The Coventry Automatics merubah namanya menjadi The Specials AKA The Automatics, kemudian berubah lagi menjadi The Specials.

Selanjutnya pada tahun 1979 Jerry Dammers mendirikan 2Tone Records. Keinginan Dammers layaknya seperti Prince Buster di awal tahun 60'an yaitu menciptakan sesuatu yang baru. Hitam & putih menjadi simbol. Lahirlah yang dinamakan dengan 2Tone ska. Logo 2Tone yaitu gambar kartun pria berpakaian jas hitam dengan kemeja putih, dasi hitam, topi 'pork pie', kaca mata hitam, kaus kaki putih & sepatu 'loafers' hitam menjadi logo resmi yang karakternya di beri nama 'Walt Jabsco' (diambil dari nama Walt Disney, pendiri film kartun & Jabsco berarti ganja dalam bahasa slang latin). Diciptakan oleh Dammers sendiri berdasarkan pose Peter Tosh pada sebuah photo awal kelompok The Wailers yang dapat di lihat pada cover album 'The Wailing Wailer Studio One Realease'.

Pada saat kerusuhan ras sedang terjadi, & organisasi rasis 'National Front' sedang tumbuh pesat, pakaian hitam putih & band yang anggota nya terdiri dari multi ras, mengetengahkan lagu-lagu yang bertemakan 'unity' disaat negara tersebut sedang terpecah belah oleh isu rasial. Sama halnya dengan musik ska di Jamaika, situasi yang terjadi pada saat itu terefleksi kedalam lirik lagu, seperti "Racist Friend" The Specials AKA. Band-band seperti Madness, The Beat, The Selecter, The Bodysnatchers & The Specials membuat ska menjadi sesuatu yang segar dengan mengolah nomor-nomor ska klasik dari Prince Buster (Roughrider, Madness, Too hot, dll.) & artis-artis gelombang pertamanya.Band lain yang tidak termasuk 2Tone tetapi berasosiasi dengan gerakan 2Tone adalah Bad Manners. Ada juga persilangan dengan artis gelombang pertama dengan band 2Tone (Rico Rodriguez adalah pemain trombone yang menjadi additional player pada kelompok The Specials, anak murid dari pemain trombone ternama Don Drummond & sering dipakai sebagai musisi studio do Jamaika)

Pada akhirnya Chrysalis Records membeli 2Tone dari Dammers dengan keputusan menandatangani perjanjian kontrak dengan band-band 2Tone lainnya. Termasuk antara lain: The Specials, The Selecter, Madness, Rico Rodriguez, The Swinging Cats, The Friday Club, The Bodysnatchers, The Hisons, JB Allstars, Specials AKA, The Apollonairs, The Beat (di Amerika di kenal dengan nama 'The English Beat' karena sudah ada band yang memakai nama The Beat) & sebuah single dari Elvis Costello. (catatan: single Elvis Costello tersebut berjudul "I can't stand up for falling down" menjadi permasalahan & tidak pernah di jual. Copy lagu tersebut diberikan secara gratis kepada penggemar Costello pada saat pertunjukannya. Costello memproduseri debut album The Specials & menjadi guest singer sekaligus produser untuk single The specials AKA yang berjudul Nelson Mandela 12".

Tahun 1985 2Tone label bubar. Dammers mengalami kebangkrutan terhadap perusahaan Chrysalis. Band-band 2Tone mengalami masa popularitasnya dari tahun1978-1985 walau bagaimanapun bukan hanya 2Tone yang memainkan musik ska. Diantara band-band lainnya adalah The Tigers, Ska City Rockers, The Akrylykz (dengan Roland Gift pada tenor sax, yang kemudian bergabung bersama mantan anggota The English Beat Cox, & Steele yang belakangan menjadi penyanyi di Fine Young Cannibals), The Employees, The Piranhas, dan masih banyak lagi ...


Hal tersebut menutup gelombang kedua musik ska ...pada gelombang ketiga: dengan berakhirnya 2Tone & gelombang kedua, musik ska menjadi sempit namun tidak menjadi musik yang usang. Adalah The Toasters (pernah merilis single dibawah nama 'Not Bob Marley'), Bim Skala Bim, The Untouchables & Fishbone yang menjadikan tradisi dalam mencampur beat ska dengan unsur unsur musik lainnya seperti pop, rock dan beat-beat lainnya.

Gelombang Ke Tiga (Third Wave)

Keberadaan gelombang ketiga musik ska terdiri dari berbagai bentuk dengan mengkombinasikan hampir setiap jenis musik yang kira-kira dapat dikawinkan dengan irama ska. Band-band seperti Jump With Joey, Hepcat, Yebo, NY Ska Jazz Ensemble & Stubborn Allstars tetap bermain pada akar ska Jamaika. Operation Ivy, Voodoo Glow Skulls, Mighty Mighty Bosstones, dll. menggunakan energi punk untuk menciptakan ska-core. Regatta 69, Fillibuster, Urban Blight, dll. tetap bertahan pada corak Reggae/Rocksteady beat. Punch The Clown, Undercover S.K.A., dll. mencirikan pengaruh dari gaya 2Tone. Yang menarik adalah band asal Florida, Pork Pie Tribes menggabungkan beat ska dengan musik tradisional Irlandia. Hal lain yang lebih menarik adalah grup band The Brownies yang mencampurkan ska dengan apa saja !!

Imej Rude Boy/Rude Girl hadir kembali pada gelombang ketiga, namun kali ini tidak sebagai pemberontak. Tetapi sebagai suporter yang fanatik dengan musik ska. Digelombang ketiga ini juga terdapat hal-hal yang tidak pernah ada pada awal gelombang pertama (beberapa diantaranya ada yang tidak pernah di mengerti) seperti 'Straight Edge' dengan logo 'X' ditangan, boneheads, OI/SKA, Skinhead Against Racial Prejudiced (SHARP's) juga konsep-konsep 'sell outs'. Ada beberapa aspek diantaranya yang belum berubah: ska masih menjadi musik kalangan remaja, setiap pertunjukan ska dapat disaksikan oleh segala umur & tidak terlalu mahal untuk mengakomodasikannya. Disamping itu juga ska masih membentuk beat yang unik & harmonis walaupun digabungkan dengan unsur-unsur musik lainnya. & orang-orang pun masih banyak yang menikmatinya.

MOD


Menyebut kata “Mod”, mungkin sebagian orang merasa asing dengan kata yang sangat simple dan hanya terdiri dari tiga huruf itu. Tapi kata itulah yang sangat membuat saya bergairah dan ingin masuk kedalamnya. Saya tidak peduli meski berulang kali harus menjelaskan apa itu mod kepada teman-teman saya karena saya selalu asik membicarakan mod dan mod lagi.. Rasa excited dan passionate setiap kali membahas mod tidak pernah berkurang. Hmmm…Itulah yang menjadi alasan kenapa saya menulis artikel tentang mod. Hahah..agar setidaknya orang-orang mengetahui sedikit banyak tentang mod. Or can I make them become Mad about Mod???


Skinhead merupakan subkultur yang bermula di Inggris pada era ‘60-an, ketika Mods sedang mengharubiru kaum muda Inggris. Mods yang pada awalnya didominasi kaum muda yang berasal dari kalangan menengah ke atas kemudian mewabah dan menyentuh setiap kalangan. Tidak terkecuali kalangan pekerja alias working class. Para pemuda dari kalangan tersebut meskipun harus bekerja keras tiap hari, sebagian malah sebagai buruh kasar atau buruh pelabuhan, namun tetap memiliki cita rasa tinggi dalam memilih life style tertentu. Mereka berusaha mengadaptasi life style yang berkembang dengan pola hidup, selera serta kemampuan dompet.

Maka pada sekitar tahun 1965, dalam dunia Mods dikenal pula istilah Smooth Mods (Peacock Mods) yang terdiri dari kalangan menengah stylish dengan pilihan kostum yang mahal serta Hard Mods (lemonheads, gang mods) yang terdiri dari kaum pekerja dan merupakan cikal bakal dari Skinheads.

Hard mods kemudian baru dikenal sebagai kaum Skinheads sekitar tahun 1968. Generasi pelopor Skinheads tersebut biasanya disebut Trads (Traditional Skinheads) atau Trojan Skinheads, sesuai dengan nama label Trojan Records.




What is Mod??
Mod adalah satu fenomena sosial yang kompleks yang terjadi di Inggris pada tahun 60an (dimulai akhir tahun 50an). Dimana para pemuda di London yang saat itu berada pada kondisi ekonomi yang kurang baik, tetapi mereka tetap ingin mempertahankan kesempurnaan dari gaya personal mereka. Mereka terobsesi dengan American rhythm and blues dan Italian motor scooters. Puncak kejayaan era mod ini terjadi dari tahun 1962 sampai akhir tahun 70an dan menyebar luas ke seluruh dunia. Menurut saya pribadi, Mod is one of the best era..!
Mod yang sudah menjadi salah satu lifestyle sudah pasti mencakupi semua hal dari musik sampai fashionnya. Okay, kembali sedikit pada sejarahnya. Saya banyak membaca sejarah-sejarah tentang mod. Saya sempat bingung karena disetiap tulisan yang saya baca terjadi sedikit perbedaan tentang sejarahnya. Baiknya saya simpulkan saja sendiri yah, kata Mod itu sendiri sebenarnya berasal dari kata Modernist/ Modern/ Modern Jazz (karena selera musik mereka pada saat itu terfokus pada modern jazz). Seiring meluasnya lifestyle ini di London sampai daerah utara Inggris, ciri khas para modernist ini semakin kelihatan. Mereka mengendarai scooters, cara berpakaian yang original dan bervariasi (dengan konsep D.I.Y >> Do It Yourself, karena saat itu perekonomian sangat sulit tapi keinginan untuk tetap gaya masih sangat kuat jadi mereka membuat baju mereka sendiri dan dari sinilah muncul fenomena baru lagi, yaitu era butik.). Pusat fashion mod yang paling terkenal dan masih eksis sampai sekarang yaitu Carnaby street dan King’s Road. Dimana terdapat butik-butik yang fashionnya sangat mod sekali. Yeah, I really wanna go there.. Hahaha…
Interpretasi baru dari Mod fashion ini sering disebut media dengan “Swinging London”. Sampai sekarang saya masih suka sekali dengan gaya Mod fashion tersebut. Really love it to the bones..!

Mod sendiri juga mengalami metamorfosa perubahan era, dari “Modernists”(late 50s) menjadi “Mods”(60s) menjadi “Mod Revivalists”(70s) dan terakhir adalah “New Mods”(late 80s to the 90s). Tidak lupa juga di era-era itu selain ada para Modster, ada juga gang lain yang juga sangat mempengaruhi fashion yaitu Rockers. Dan akhirnya lahir lagi “Mockers” yaitu mereka yang menggabungkan unsur Mod dan Rockers style. Para Mods biasanya berasal dari London, dan para Rockers dating dari kota-kota di utara.


Mod Look
Para Mod boys menghabiskan uang mereka agar mereka bisa tampil se-dandy mungkin. Mengendarai scooter adalah salah satu point penting yang jadi bagian dari wardrobe mereka juga. Dan para Mod girls juga begitu walau mereka tidak harus memiliki scooter. Para mods selalu mempunyai gaya yang rapi, bersih, dan simple dan boyish look buat para ceweknya. Mod girls mengenakan baju dengan garis yang sedikit maskulin dan memotong rambut mereka sangat pendek, sementara itu para Mod boys mengenakan make-up dan terkadang membawa handbags juga. Saat itu para cewek tidak kelihatan sebagai seks objek, mereka hanya “part of the gang” bersama para cowoknya. Oh girls, di era itu kalau kita mempunyai pacar seorang mod, kita harus rela berjam-jam menunggu mereka berdandan atau bahkan harus me-roll rambut mrk dan mendandani mereka. Hahahah…


Lebih lengkapnya, berdasarkan fenomenal yang orisinil dari Mod terbagi atas empat aliran subkultural, yaitu :
1. The Art school or high camp version : mengeksplorasi image baru dari gaya cowok yang jauh dari clumsiness dan maskulinitas, mereka sangat dressed-up dan often memakai make-up dan membawa handbags.
2. Mainstream mods : mereka mengenakan suit atau setelan yang rapi dan bersih, jas dan celana lurus, pointed shoes, ditemani oleh cewek dengan rambut pendek, berkeliling ke club-club memamerkan busana mereka dan menunjukkan gaya dansa baru.
3. Scooter boys : mereka mengenakan suit dan coat pada malam hari, jeans lebar dan sepatu canvas. Tidak ketinggalan scooter Itali mereka yang di kelas pekerja sudah seperti sebuah sport-car.
4. Hard mods : mengenakan sported jeans dengan bottom strata, dan memakai boot. Dari sinilah berasalnya skinheads diakhir tahun 60an.


Wah.. ada yang kurang lengkap pasti kalau kita ngobrolin mod, tapi belum menyebutkan satu cewek idola saya yang bisa dibilang The It Girl of the Moment atau juga seorang Queen of Mod. Twiggy!!( aka Leslie Hornyby). Bagi para cewek yang ingin mendapat gambaran dari mod fashion, look at her style. Hmmm.. karena kali ini saya membuat artikel tentang Mod, mungkin lain kali saya bisa menulis artikel dari profil Twiggy.

Oh ya.. sambil membuat tulisan ini saya juga ditemani lagu lagu dari band-band Mod, dari yang jaman dulu sekali sampai yang sekarang. “The Kids are allright” dari The Who yang sedang diputar di iTunes saya sekarang ini. Oh they really have Mod style… Dan jangan lupa juga mendengarkan The Jam, yang musiknya lebih pumping. “What kind of fool you think I am. Don’t know nothing bout the modern world” dan saya pun ikut berteriak menyanyikan lagu dari The Jam. Listen to The Kinks, kalau mau yang benar-benar back to the root yah. Kalau band-band di era New Mod (90s) ada Blur dan Oasis, Dan jangan pernah lupakan Paul Weller(The Jam) sampai sekarang, he’s a truly Mod revivalist. Hey!! Saya senang sekali banyak band-band baru juga yang sangat mod, salah satunya Franz Ferdinand.. hohoh.. See? Mod tidak akan pernah mati.

Aahh..sebenarnya masih banyak lagi yang bisa kita bahas mengenai Mod, terlalu banyak bahkan bisa sampai berpuluh-puluh atau beratus-ratus halaman. Hahaha. Itu sih namanya buat buku yah. Mudah-mudahan saja wabah Mod bisa semakin meluas di Indonesia, karena sepertinya kita jauh ketinggalan dari Malaysia, Singapore, Jepang yang komunitas Mod nya lebih maju dari kita.
Now, just enjoy the Mod!!!


Grup musik No Man’s Land yang digawangi empat pemuda dari Malang bisa jadi bukan grup yang banyak dikenal masyarakat. Namun, bagi komunitas punk, skinhead, atau Oi! di Eropa dan Amerika, grup itu cukup terkenal. Selain albumnya banyak beredar di kalangan tersebut, beberapa lagunya diambil untuk album kompilasi musik punk dunia.

Salah satu judul lagu No Man’s Land adalah You and Me. Lirik lagunya dinyanyikan dalam bahasa Inggris. Dilantunkan secara bersemangat dengan iringan musik punk. Musik easy listening mirip musik ska yang bisa jadi jarang didengar orang awam, kecuali para anggota komunitas punk, skinhead, atau Oi!.
Album kompilasi 'Anti Disco League' vol 1 yang memuat lagu No Man's Land

Album kompilasi 'Anti Disco League' vol 1 yang memuat lagu No Man's Land

“Itu lagu andalan album kami yang keluar 1999 lalu. Albumnya All Together Now,” ungkap Didit, koordinator grup musik No Man’s Land, kemarin. Didit sengaja memutarkan lagu hit itu di kediamannya, lantai dua sebuah ruko di Jalan Terusan Sulfat Kota Malang.

Didit bercerita, lagu itu telah diambil oleh sebuah perusahaan rekaman musik-musik underground dari Amerika pada pertengahan 2008 lalu. Nama perusahaan rekaman itu Templecombe Record. Oleh perusahaan rekaman yang bermarkas di New York itu, lagu You and Me dikompilasikan dengan lagu-lagu underground dari negara-negara lain di dunia. Album kompilasi tersebut berjudul Anti Disco League vol 1.

Hingga sekarang, album itu telah dikopi ribuan keping dan beredar di seluruh dunia. Pendengar setia lagu-lagu punk di belahan dunia cukup banyak. Mereka bisa mendapatkan kopinya lewat jual beli antaranggota komunitas punk, skinhead, dan Oi! Di seluruh dunia. Uniknya, album kompilasi itu tidak beredar di Malang. Kalau ingin mendengarkan musiknya, harus mengimpor dulu dari Amerika. “Dari Asia cuma dua lagu yang dikompilasi. Dari Indonesia lagu kami. Satu lagi dari Jepang. Grup dari Jepang adalah Bulldog Samurai dengan lagu berjudul Oi Oi Nippon,” ungkap pemilik nama asli Dian Samudra itu.

Kompilasi lagu underground internasional itu dianggap Didit dan sesama anggota punk bukan sembarangan. Sebab, lagunya disejajarkan dengan lagu dari grup musik beraliran punk yang telah terkenal di dunia seperti The Templars dari Amerika, Haircut dari Perancis, atau Deadline dari Australia. “Kalau komunitas punk di Malang ini sekitar 2.000 orang. Mereka tahu grup-grup itu. Kalau awam, bisa tahu bisa tidak,” kata sarjana ekonomi ini, lantas tersenyum.

Cerita di balik lagu itu adalah soal kebersamaan dalam perbedaan. Judul You and Me yang berarti kamu dan saya mempunyai arti keduanya bisa bersatu dan berkumpul meski secara fisik dan latar belakang berbeda. Lagu itu memberikan pesan bahwa warna kulit, suku, agama, ras, dan latar belakang keluarga maupun ekonomi tidak harus membuat sebuah perpecahan. “Nek koncoan (kalau berteman), nggak ada perbedaan itu. Sing penting koncoan rukun (yang penting berteman rukun),” ucap bapak satu putra ini.

Menurut Didit, You and Me didedikasikan untuk seorang anggota skinhead Malang yang telah meninggal dunia. Dari sana muncul inspirasi kebersamaan untuk mengenang sang rekan yang meninggal karena tertabrak kereta api itu. “Koncoan itu jangan melihat latar belakang dan fisiknya. Itu yang membuat seseorang selalu rukun,” kata dia.

Grup No Man’s Land sendiri adalah grup musik punk terlama di Kota Malang. Berdiri sekitar 1994 lalu, di saat belum ada grup punk yang muncul di Malang. Empat orang yang kini menggawangi No Man’s Land adalah Didit, Catur Guritno, Didik Afandi, dan Feri. “Anggota tidak bisa ngumpul karena semua kerja. Musik bagi kami untuk kesenangan saja,” ungkap Didit.

Album pertama mereka berbentuk rehearsal berjudul Separatis Tendency. Dalam komunitas punk, rehearsal bisa diartikan album demo. Setelah itu, berturut-turut dirilis album musik punk lainnya. Di antaranya Punks and Art School Dropout (1996), Punk Hey Punk (1998), dan Grow Away from the Society (1998). “Khusus untuk album Punk Hey Punk, hak rekamannya ada di Malaysia dengan distributor di Singapura,” ujar Didit.

Apakah dengan kompilasi internasional mendapatkan banyak royalti? Didit tersenyum. “Tidak, Mas. Bukan itu tujuan kami,” jawabnya. Menurut dia, kepuasan dan kebanggaan yang menjadi tujuan utama. Sebab, di komunitas punk, skinhead atau Oi!, musik ditujukan sebagai sebuah kesenangan, hobi, atau hiburan. Untuk mencari nafkah, anggota komunitas ini bekerja di sektor lain. Misalnya semua anggota No Man’s Land adalah wirausahawan. Mereka tidak mengandalkan royalti dari penjualan album untuk membiayai kehidupan sehari-hari. “Jangan dibandingkan dengan royalti lagu-lagu pop, rock, atau lainnya. Lagu-lagu komunitas kami kecil royaltinya. Sebab, ikatannya hanya saling percaya,” ucapnya.

Didit mengaku, dengan membuat lagu-lagu berbahasa Inggris dan diedarkan ke luar negeri, dia ingin menunjukkan bahwa Indonesia itu ada. Dia juga ingin anggota komunitas punk, skinhead, dan Oi! dari Indonesia juga bangga dengan bangsanya. Saat ini, banyak anggota masyarakat yang malah tidak bangga terhadap Indonesia. Mereka rela menjual negaranya untuk sesuatu yang pragmatis. Menurut Didit, meski kondisi Indonesia tidak sebaik dibandingkan negara maju, tetap tanah air masyarakat Indonesia sehingga harus dibangun dan dibela.

“Paham komunitas kami memang dari Eropa. Namun kami bangga dengan Indonesia. Karena pada dasarnya kami nasionalis seperti halnya skinhead tradisional di Eropa,” ungkap pentolan skinhead Malang dan Indonesia ini.


eelong 28/03/08



Awalnya dibentuk di Canberra dengan lineup dari Doug pada vocals, Adam pada gitar, bass dan Dekan di Cozzy pada drum, Bulldog spirit mereka merilis debut CD dan LP pada Brutus Records. Setelah masa tidak aktif dan gerakan anggota band, Bulldog spirit direformasi dengan lineup saat ini berbasis di Melbourne.

Member Since 5/6/2006
Band Members Photobucket
Influences Agnostic Front, Anti Heroes, Black Sabbath, Blood For Blood, Bonecrusher, Breakdown, Ceasefire, Combat 84, Condemned 84, Grim Reality, Judge, Killing Time, Knuckledust, Madball, Minor Threat, Negative Approach, Negative FX, Poison Idea, Retaliator, Rose Tattoo, Samurai Skinhead Spirit, 7 Seconds, Sheer Terror, Sick Of It All, Slapshot, The 4 Skins, The Trouble, Toe To Toe, Youth Of Today

Sounds Like :

"Think The Trouble, Sheer Terror, 86 Mentality, with a touch of mid period A.F heavyness/street/tough vibe, a lot of Slapshot "16 Valve Hate" era influence... and a distinct Aussie flavour."
- Luke "Crew" Dolan (The Dead Walk+++)

Record Label : Trial and Error
Type of Label : Indie


Akhir-akhir ini Bulldog spirit telah menulis bahan baru dan bermain di sekitar tempat dengan semua orang dari band-band lokal seperti marching Orders dan The Worst tourers internasional seperti dropkick Murphys dan Agnostic Front.













PUNK FOTO
FOTO PUNK







BELI BAGUS'NIH MUSICNYA



#1 PP #2 PP #3 PP #4 PP
#5 PP #6 PP #7 PP #8 PP
#9 PP #10 PP #11 PP #12 PP
#13 PP #14 PP #15 PP #16 PP
#17 PP #18 PP #19 PP #20 PP
#21 PP #22 PP #23 PP #24 PP
#25 PP #26 PP #27 PP #28 PP
#29 PP #30 PP #31 PP #32 PP
#33 PP #34 PP #35 PP #36 PP
#37 PP #38 PP #39 PP #40 PP
#41 PP #42 PP #43 PP #44 PP
#45 PP #46 PP #47 PP #48 PP